Doc.matas 14. HUKUM WANITA UMROH SEDANG HAED
Oleh Jubir Matas pada 30 April 2014
pukul 7:10
WANITA UMROH SEDANG HAED
Novi Aulia
السلام عليكم ورحمةالله
وبر كاته Mf pa`ustad saya mw
meng husul ny ad seorng perempuan prgi omroh setellah towab it prg k kmr mandi
trs datang ahedny ap it mw d terskn / d battalkn & /hrs
bayar adem
Jawaban :
Guslik An-Namiri
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh. Jisa seorang
perempuan menunaikan umroh, dan seelah thowaf ia datang bulannya seperti yang
diutarakan diatas, maka ia boleh meneruskan umrahnya dengan malakukan SA'I
antara Shofa dan Marwah ( karena suci tidak termasuk syarat sahnya sa'i ) yang
kemudian jika sudah bersa'i dilanjutkan dengan memotong rambutnya yang dengan
demikian selesai amalan umrohnya.
Lutfi Jaya
§ hanya menambah dr
jawaban ustadz Guslik An_namiri bagi org yg melakaukan towab
1. Thaharah adalah syarat
Ini adalah mazhab Malik, Asy-Syafi’i, & Ahmad dlm salah satu
dari dua riwayat yang ada.
2. Thaharah bukan syarat
Demikian mazhab Abu Hanifah & Ahmad dlm riwayat yang lain.
Oleh karena itu, menurut mereka, andai seseorang yang junub, berhadats, atau
membawa najis, melakukan thawaf maka thawaf tersebut sah, namun ia wajib
membayar dam.1 Akan tetapi, pengikut mazhab Al-Imam Ahmad t berbeda pendapat,
apakah dam ini dibebankan secara mutlak—walau terhadap orang yang diberi uzur
yang lupa bahwa ia sedang janabah—ataukah tidak?
Abu Hanifah menjadikan dam berupa badanah (unta).
Seorang wanita haid—yang tak mungkin melakukan thawaf melainkan
dlm keadaan haid—tentu lebih pantas lagi mendapatkan uzur, karena haji
merupakan amalan yang wajib baginya. Tidak ada seorang ulama pun yang
mengatakan, “Kewajiban haji gugur dari wanita haid.” Menggugurkan suatu
kewajiban/fardhu dgn alasan kelemahan/ketidakmampuan mengerjakan sebagian hal
yang wajib dlm kewajiban/fardhu tersebut, bukanlah termasuk ucapan syariat.
Sebagaimana halnya bila dia tak mampu bersuci utk shalat2.
Jika si wanita mungkin utk tinggal di Makkah sampai suci &
menunaikan thawaf yang tertunda, tak diragukan lagi dia wajib melakukannya.
Namun, bila hal itu tak mungkin, dgn menyuruhnya pulang ke negerinya bersama
rombongan3—lalu kembali ke Makkah setelah suci utk thawaf ifadhah—berarti
mewajibkan safar dua kali baginya utk pelaksanaan ibadah haji tanpa ada
kesalahan yang diperbuatnya. Ini tentu saja menyelisihi syariat. Di samping
itu, dia tak mungkin pergi melainkan bersama rombongan, sementara haidnya dlm
bulan itu seperti biasanya, sehingga hal ini tak memungkinkannya thawaf dlm
keadaan suci sama sekali.
Pokok-pokok syariat dibangun di atas ketetapan bahwa
syarat-syarat ibadah yang tak mampu dilakukan seorang hamba, maka syarat-syarat
itu digugurkan. Misalnya bila orang yang shalat tak mampu menutup auratnya,
atau tak bisa menghadap kiblat, atau menghindari/menjauhi sesuatu yang najis4,
atau orang yang thawaf, bila ia tak mampu thawaf sendiri, baik naik kendaraan
atau berjalan kaki, ia dipikul & dithawafkan.
Pendapat bahwa orang yang thawaf tanpa bersuci tetap sah
walaupun tak ada udzur (alasan/sebab yang diterima), namun harus membayar
dam—sebagaimana dinyatakan oleh pengikut Abu Hanifah & Ahmad—tentu lebih
utama & lebih pantas ditujukan kepada orang yang memiliki udzur.
Adapun tentang mandi, jika si wanita melakukannya, itu bagus
sebagaimana wanita haid & nifas mandi utk berihram. Wallahu a’lam.” (Majmu’
Fatawa, 26/243—244)
Ummu Rafifah
Kesimpulannya bagai mana Ustad Luthfi? Ko ' sedikit bingung saya
karena banyak pendapatnya ulama, , abu hanifah imam ahmad dan lain
sebagainya..??
Masaji
Antoro
Wa'alaikumsalam
1. Menurut SYAFI'IYYAH ia
harus menunggu masa sucinya kembali untuk menjalankan ibadah thowafnya dan
menetap ditanah haram, kalau tidak memungkinkan baginya menetap disana
kewajiban thawafnya masih ada padanya dan tidak bisa gugur.
2. Menurut selain
SYAFI'IYYAH suci saat thawaf tidak menjadi persyaratan saat thawaf, hanya
sebagai kewajiban yang bila ditinggalkan dia wajib membayar DAM (denda) dan
bahkan ada yang berpendapat hanya sunah membayarnya.
Referensi :
وَلَا يَجُوزُ طَوَافُ الرُّكْنِ
وَلَا غَيْرُهُ لِفَاقِدِ الطَّهُورَيْنِ ، بَلْ الْأَوْجَهُ أَنْ يَسْقُطَ عَنْهُ
طَوَافُ الْوَدَاعِ ، وَلَوْ طَرَأَ حَيْضُهَا قَبْلَ طَوَافِ الرُّكْنِ وَلَمْ
يُمْكِنْهَا التَّخَلُّفُ لِنَحْوِ فَقْدِ نَفَقَةٍ أَوْ رُفْقَةٍ أَوْ خَوْفٍ
عَلَى نَفْسِهَا رَحَلَتْ إنْ شَاءَتْ ثُمَّ إذَا وَصَلَتْ لِمَحَلٍّ يَتَعَذَّرُ
الرُّجُوعُ عَلَيْهَا مِنْهُ إلَى مَكَّةَ تَتَحَلَّلُ كَالْمُحْصَرِ
وَيَبْقَى الطَّوَافُ فِي ذِمَّتِهَا فَيَأْتِي فِيهِ مَا تَقَرَّرَ وَفِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ مَزِيدُ
بَسْطٍ بَيَّنْته فِي الْحَاشِيَةِ وَأَنَّ الْأَحْوَطَ لَهَا أَنْ تُقَلِّدَ مَا
يَرَى بَرَاءَةَ ذِمَّتِهَا بِطَوَافِهَا قَبْلَ رَحِيلِهَا .
Hasyiyah al-Jamal IX/151
وقال أبو حنيفة : ليس شيء من ذلك
شرطا واختلف أصحابه فقال بعضهم هو واجب وقال بعضهم هو سنة لأن الطواف ركن للحج فلم
يشترط له الطهارة كالوقوف
Al-Mughni III/397
Sumber : http://www.piss-ktb.com/2012/03/1262-apakah-sah-haji-wanita-yang-keluar.html
Lutfi Jaya
bismillahirrohmanirrohim kesimpulanya kami hanya memberi tau
saja pendapat para imam di atas sebaiknya kita ambil pendapatnya imam kita
syafi'ie yaitu suci dari hadas dan najis adalah syarat sahnya towaf... dan
apabila kita sedang melakukan umroh datang haed maka laksanakan towaf itu pada
waktu tidak keluarnya darah dan apabila darahnya keluar terus menerus artinya
kalau kita nunggu habisnya darah kita di tinggal rombongan maka ambilah kain
atau kapas untuk menutupinya dan lakukanlah towaf itu dan bayarlah dam apabila
tidak bisa bayar dam maka berpuasalah 10 hari 3 hari d mekkah dan 7 hari lagi
apabila sdah kembali ke tanah air demikianlah apabila ada kekurangan mohon
ditambah..smg bermanfaat amin..
Ummu Rafifah
Maaf Ustad, pertanyaan diatas thawafnya sudah selesai dilakukan.
Jadi poin pertanyaannya adalah manasik selanjutnya ketika datang haidh setelah
thowaf..? Ohya, adakah keterangan atau dalilnya orang yang thowaf dalam keadaan
darurat seperti yang diterangkan Ustad harus membayar Dam atu berpuasa 10
hari..?
Masaji
Antoro
DAM (Denda pelanggaran
dalam ibadah haji) yang bersifat harta benda (menyembelih kambing atau shadaqah
pada 6 fakir miskin 3 Sho'/7,50 kg) hanya boleh diberikan pada fakir
miskinnya tanah haram dan tidak boleh di pindah kedaerah lain (indonesia misalnya)
Keterangan dari :
ويجوز أن يدفع لكل منهم مدا أو أكثر
أو أقل إلا دم نحو الحلق فيتعين لكل واحد من ستة مساكين نصف صاع كما مر فإن عدموا
من الحرم أخر الواجب المالي حتى يجدهم ولا يجوز نقله بخلاف الزكاة إذ ليس فيها نص
صريح بتخصيص البلد بخلاف هذا
Bagi setiap mereka boleh
diberikan satu mud, lebih banyak atau lebih sedikit kecuali DAM akibat mencukur
rambut maka bagi setiap seorang dari enam miskin tersebut wajib diberikan
separoh sho’ (1,25 Kg) seperti pada keterangan yang telah lewat.
Bila mereka (fakir
miskin) tidak diketemukan di tanah haram maka kewajiban yang bersifat harta
benda tersebut wajib diundur hingga mereka diketemukan dan tidak diperkenankan
memindahkan DAM kedarah lain berbeda dengan masalah zakat karena dalam zakat
tidak diketemukan dalil nash yang jelas dalam ketertentuan daerah
dikeluarkannya harta benda berbeda dengan masalah DAM ini.
Al-Minhaj al-Qawiim I/625
________________________________
* (فرع)
قال القاصي حسين في الفتاوي لو لم
يجد في الحرم مسكينا لم يجز نقل الدم إلى موضع آخر سواء جوزنا نقل الزكاة أم لا
لانه وجب لمساكين الحرم كمن نذر الصدقة على مساكين بلد فلم يجد فيه مساكين يصبر
حتى يجدهم ولا يجوز نقله بخلاف الزكاة على أحد القولين لانه ليس فيها نص صريح
بتخصيص البلد بها بخلاف الهدى
CABANG
Berkata alQaadhi
al-Husaain dalam Kitab Fataawanya “Bila ditanah haram tidak
diketemukan orang miskin tidak diperkenankan memindahkan DAM (denda pelanggaran
dalam haji) ke tempat lain baik menurut pendapat ulama yang memperbolehkan
memindahkan zakat atau tidak, karena DAM hanya wajib diberikan pada fakir
miskinnya tanah haram seperti halnya saat seseorang bernadzar bersedekahpada
faki miskinnya suatu daerah (yang telah ia tentukan) kemudian ia tidak
menemukan fakir miskin didaerah tersebut maka ia wajib bersabar dan menunggu
hingga menjumpai mereka.
Dan tidak boleh
dipindahkan dipindah kedaerah lain berbeda dengan masalah zakat yang ada
pendapat ulama yang membolehkan memindahnya karena dalam zakat tidak
diketemukan dalil nash yang jelas dalam ketertentuan daerah dikeluarkannya
harta benda berbeda dengan masalah DAM ini.
Al-Majmuu’ alaa
Syarh al-Muhaddzab VII/500
Wallaahu A'lamu Bis
Showaab
Lutfi Jaya
bismillahirrohmanirrohim...memang betul pertanyaan di atas
adalah setelah towef tapi ada kemungkinan keluarnya sedang towef lalu pergi ke
kamar mandi..kalau memang keluarnya darah setelah towef maka tdk usah bayar dam,
apabila keluarnya darah sedang melakukan towef maka bayar dam. Hukum-hukum Dam
dan Korban
Fidyah
Fidyah:
Fidyah bercukur kerana keadaan terdesak, memakai pakaian dan
memakai wangi-wangian:
Dipilih di antara tiga perkara, iaitu:
* Berpuasa tiga hari.
* Memberi makan kepada enam orang fakir miskin dimana setiap
seorang diberikan setengah gantang.
* Menyembelih seekor kambing, berpandukan kepada firman Allah
Taala: فمن كان منكم مريضا أو به أذى من رأسه ففدية من
صيام أو صدقة أو نسك Yang bermaksud:
Maka sesiapa di antara kamu sakit atau terdapat sesuatu yang
menyakiti di kepalanya (lalu dia mencukur rambutnya), hendaklah dia membayar
Fidyah, iaitu berpuasa atau bersedekah atau menyembelih Dam.
Mereka yang membunuh binatang buruan yang mudah didapati:
Boleh memilih jenis Fidyah samada menggantikannya dengan
binatang dari jenis yang sama atau menilaikannya dengan wang untuk membeli
makanan dimana untuk setiap orang fakir miskin diberikan satu cupak atau
berpuasa satu hari untuk setiap cupak.
Mereka yang membunuh binatang buruan yang susah didapati:
Boleh memilih samada memberi makanan atau berpuasa.
Fidyah kerana menggauli isteri:
Sama dengan Fidyah bercukur kerana terpaksa.
Fidyah bersetubuh:
* Sekiranya berlaku sebelum Tahallul Awal:
Seekor badanah (unta atau lembu), sekiranya tidak didapati
hendaklah berpuasa sebanyak tiga hari dalam musim Haji dan tujuh hari apabila
kembali ke tanah air.
* Sekiranya berlaku selepas Tahallul Awal:
Fidyahnya sama sebagaimana Fidyah bercukur kerana terpaksa.
Dam:
Definisinya:
Dam ialah binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di
Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dam Tatawwuk:
Definisinya:
Ialah binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di
Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya:
" Nabi s.a.w telah mengorbankan sebanyak seratus ekor
badanah (unta dan lembu) semasa mengerjakan Haji Akbar, baginda juga pernah
mengorbankan kambing " Hukumnya:
Sunat bagi mereka yang mengerjakan Haji Ifrad dan mereka yang
mengerjakan Umrah serta disunatkan memakan daging yang dikorbankan itu. Kerana
Nabi s.a.w telah memerintahkan supaya sembelihan tersebut dipotong, dimasak dan
memakannya serta menghirup kuahnya Harus bagi mereka yang tidak berada dalam
Ihram menghantar Damnya ke Mekah supaya dikorbankan di sana untuk mengabdikan
diri kepada Allah s.w.t.
Tempat Penyembelihan:
Tanah Haram.
Jenis-jenisnya:
Unta yang berumur genap lima tahun, lembu yang berumur genap dua
tahun atau kambing yang berumur genap enam bulan.
Dam Tamattu':
Definisinya:
Binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah
untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya:
Firman Allah s.w.t:
فمن تمتع بالعمرة إلى
الحج فما استيسر من الهدي Yang bermaksud:
(Maka sesiapa yang mahu menikmati kemudahan dengan mengerjakan
Umrah (dan terus menikmati kemudahan itu) hingga masa mengerjakan Ibadat Haji.
(Dia boleh melakukannya, kemudian wajiblah dia) menyembelih Dam yang mudah
didapati). Sekiranya tidak didapati Dam tersebut ataupun harganya hendaklah
berpuasa selama tiga hari semasa mengerjakan Haji dan tujuh hari setelah
kembali kepada keluarganya (tanah airnya). Firman Allah s.w.t:
فمن لم يجد فصيام ثلاثة
أيام في الحج وسبعة إذا رجعتم Yang bermaksud:
(Kalau dia tidak dapat (mengadakan Dam), maka hendaklah dia
berpuasa tiga hari dalam masa mengerjakan Haji dan tujuh hari lagi apabila kamu
kembali (ke tempat masing-masing).
Tempat Penyembelihan:
Wajib dikorbankan di Tanah Haram dan dibahagikan kepada
orang-orang miskin dan harus dibahagikan Dam tersebut kepada seluruh orang
Islam yang fakir.
Dam Ihsar:
Definisinya:
Binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah
untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya:
Firman Allah s.w.t:
فإن أحصرتم فما استيسر
من الهدي Yang bermaksud:
(Maka sekiranya kamu dikepung (dan dihalang daripada
menyempurnakannya ketika kamu sudah berihram, kamu bolehlah bertahallul serta)
sembelihlah Dam yang mudah didapati).
Hukumnya:
Wajib kepada mereka yang terhalang dari bertahallul sebelum
sempat menyempurnakan ibadat Haji.
Tempat Penyembelihan:
Di tempat berlaku sebab-sebab yang menghalangnya.
Jenis-jenisnya:
Satu pertujuh dari unta atau lembu atau seekor kambing.
Korban:
Definisinya:
Menyembelih unta, lembu atau kambing untuk mengabdikan diri
kepada Allah s.w.t.
Waktu Penyembelihan Korban:
Waktu penyembelihan bermula selepas sembahyang pada Hari Raya
Haji sehingga berakhir Hari-hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijah).
Hukumnya:
Sunat Muakkad, berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w yang
bermaksud: ( Amalan anak Adam pada Hari Raya Haji yang sangat disukai Allah
ialah penyembelihan korban, sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat dengan
tanduknya, kukunya dan bulu-bulunya, sesungguhnya Allah akan menerima
penyembelihan korban tersebut sebelum darahnya tumpah ke bumi, maka hendaklah
kamu ikhlaskan diri kamu semasa melakukan penyembelihan korban tersebut). Ia
disyariatkan pada tahun kedua Hijrah: ( Sesungguhnya Rasulullah s.a.w telah
menyembelih korban dua ekor kibasy yang berwarna antara putih dan hitam serta
mempunyai dua tanduk, kedua-duanya disembelih oleh baginda dengan tangannya.
Baginda mengucapkan Basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki di bahagian
tepi rusuk kibasy tersebut ).
Jenis-jenisnya:
Unta yang berumur lima tahun, lembu yang berumur dua tahun atau
kambing yang berumur enam bulan. Adapun unta dan lembu hanya perlu diambil satu
bahagian sahaja dari tujuh bahagian.
Pembahagiannya:
Disyarakkan kepada orang yang berkorban memakan satu pertiga
daripada daging tersebut, satu pertiga dihadiahkan dan satu pertiga lagi
disedekahkan. Dia diharuskan memakan lebih dari satu pertiga daripada daging
korban tetapi sekiranya dia memakan kesemua daging tersebut dan dia hanya ingin
menyedekahkan harga bagi sedikit daging korban sahaja, dia bolehlah berbuat
demikian.
Penyembelihannya:
Disunatkan supaya bertakbir kepada Allah s.w.t selepas
mengucapkan Basmalah dan selawat kepada Nabi s.a.w kemudian berkata:
اللهم هذا منك وإليك
تقبل مني Yang bermaksud: Wahai
Tuhanku! Engkaulah yang menciptakan aku dan kepadaMu aku akan kembali, oleh itu
terimalah korban daripadaku.apabila ada kekurangan mohon di tambah ada
kesalahan mohon jangan di pakek smg bermanfaat amin
MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah ( MATAS )
PENELITI : (1). Ustadz Alfin Jayani (2). Ach al faroby (3).
Ustadz Sultoni Arobbi (4). Ustadzah Naila Mazaya Maya (5). Ustadz Abu Shafa (6)
Ustadz Abdul Ghafur Masykur (7) Ustadzah Mariyatul Qibtiyah 8. Ustad Alan Rush
9. Ustad Lutfijaya
EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar