Senin, 31 Agustus 2015

DOC.31.HUKUM DARAH YANG KELUAR KARENA OPERASI

doc.matas 31.HUKUM DARAH YANG KELUAR KARENA OPERASI


Oleh Lutfi Jaya pada 27 Oktober 2013 pukul 4:39
Ikha Yuni
AsalamualaikumIjin bertanya,jika ada pasien wanita telah dilakukan tindakan operasi kandungan(bukan melahirkan),setelah operasi dia mengeluarkan darah layaknya orang menstruasi...apakah pasien tsb diperbolehkan menunaikan ibadah sholat 5 waktu?Perdarahan pervag.terjadi diluar siklus menstruasi.Mohon pencerahannya...maturnuwun

jawaban :

Lutfi Jaya 
Wa'alaikum salamwarahmatullahi wabarokatuh. Haid menurut bahasa (etimologi) Haid berarti mengalir, dan menurut Istilah Syara' adalah darah yang keluar dari pangkal rahim wanita setelah berumur sembilan tahun atau telah menginjak masa baligh dan bukan karena sakit atau melahirkansbgaimn orng yg DAIMUL HADAST )

Abina Syifa 
Bismillahirrohmanirrohim..menurut istilah para ahli fiqih adalah: Darah yang keluar dari wanita bukan pada masa-masa haid dan nifas dan tidak ada kemungkinan bahwa ia haid; misalnya darah yang melebihi masa haid atau darah yang kurang dari masa palingsedikitnya haid. Biasanya darah itu warnanya kuning, dingin, encer (tidak kental) dan keluarnya dengan lemah (tidak deras) yang pada dasarnya berbeda dengan darah haid. Imamiyah membagi darah istihadhah itu pada tiga bagian: 1. Sedikit : Bila darah itu sampai melumuri kapas tetapi tidak sampai membasahi semua kapas itu, maka hukumnya, ia harus berwudhu setiap mau shalat dengan mengganti kapas, hanya ia tidak boleh menjama’ (mengumpulkan) dua shalat dengan satu wudhu. 1. Pertengahan : Kalau darah itu sampai membasahi semua kapas, tetapi tidak sampai mengalir, maka hukumnya ia harus mandi satu kali setiap hari sebelum pagi, juga harus mengganti kapas, dan harus berwudhu setiap mau shalat. 1. Banyak : Kalau darah itu sampai membasahi kapas semuanya dan sampai mengalir dari kapas itu, maka hukumnya ia harus mandi sebanyak tiga kali, yaitu mandi sebelum shalat Shubuh, kemudian mandi sebelum menjama’ Shalat dua Dzuhur (Dzuhur dan Ashar) dan mandi sebelum menjama’ Shalat dua Isya’ (Maghrib dan Isya’). Kebanyakan ulama Imamiyah: la harus berwudhu dalam sedap kesempatan (ketika mau shalat) dengan mengganti kapas juga. Mazhab- mazhab yang lain tidak menerima pembagian ini, sebagaimana mazhab- mazhab ini tidak mewajibkan mandi bagi orang yang sedang istihadhah. Ini dijelaskan dalam buku Fiqhus Sunnah, karya Sayyid Sabiq, halaman 155, cetakan tahun 1957 seperti berikut: “Bagi orang (wanita) yang istihadhah tidak diwajibkan mandi untuk shalat apapun, dan juga pada waktu apapun kecuali hanya satu kali, yaitu pada waktu haidnya putus (selesai). Maksudnya bahwa mandi itu hanya untuk haid, bukan untuk isiihadhah. Begitu pendapat jumhur dari kalangan salaf dan khalaf.” Empat mazhab: Istihadhah itu tidak mencegah (melarang) untuk melakukan sesuatu yang dilarang dalam haid, baik membaca Al-Qur’an, menyentuhnya, masuk masjid, ber i’tikaf, berthawaf, bersetubuh, dan lain-lainnya seperti yang dijelaskan dalam masalah-masalah yang dilarang bagi orang yang berhadas besar. (Al-Fuqhu ‘ala Al-Madzahib Al- Arba’ah, jilid I, bab Mabhastu al Istihadhah). Imamiyah: Istihadhah sedikit dihukumi sama dengan hadas kecil maka dari itu, ia tidak boleh melakukan sesuatu yang memerlukan wudhu kecuali setelah berwudhu. Sedangkan istihadhah pertengahan dan istihadahah banyak sama dengan hadas besar, maka dari itu keduanya dilarang melakukan sesuatu yang disyaratkan mandi. Keduanya sama seperti haid selama belum melaksanakan apa yang diwajibkan pada keduanya. Bila keduanya telah melaksanakan yang diwajibkan, maka keduanya (yang istihadhah pertengahan dan banyak) dianggap suci. Keduanya dibolehkan untuk shalat, masuk masjid, thawaf dan bersetubuh. Dan mandi istihadhah adalah seperti mandi haid, tak ada bedanya, menurut Imamiyah. Darah Nifas Imamiyah dan Maliki: Darah nifas adalah darah yang dikeluarkan dari rahim yang disebabkan persalinan, baik ketika bersalin maupun sesudah bersalin, bukan sebelumnya. Hambali: Darah nifas, adalah darah yang keluar bersama keluarnya anak, baik sesudahnya maupun sebelumnya, dua atau tiga hari dengan tanda-tanda akan melahirkan. Syafi’i: Darah yang keluar setelah melahirkan, bukan sebelumnya dan bukan pula bersamaan. Hanafi: Darah yang keluar setelah melahirkan, atau yang keluar ketika sebagian besar tubuh anaknya sudah keluar. Sedangkan kalau darah itu sebelum melahirkan, atau darah yang keluar ketika tubuh anaknya baru sebagian kecil yang keluar, maka ia tidak dinamakan darah nifas. Kalau wanita hamil itu melahirkan tetapi tidak nampak ada darah yang keluar, ia tetapi diwajibkan mandi, menurut Syafi’i, Hanafi dan Maliki. Tetapi menurut Imamiyah dan Hambali tidak wajib mandi. Semua ulama mazhab sepakat bahwa darah nifas itu tidak mempunyai batas paling sedikitnya. Sedangkan paling banyak, yang terkenal menurut Imamiyah adalah sepuluh hari. Hambali dan Hanafi: Empat puluh hari, sedangkan Syafi’i dan Maliki: Enam puluh hari. Kalau anak yang lahir itu keluar dari tempat yang bukan biasanya karena disebabkan pembedahan, maka wanita itu tidak bernifas, tetapi kalau masalah ‘iddha talak tetap berlaku setelah keluarnya anak itu, menurut kesepakatan semua ulama mazhab. Hukum nifas adalah sama seperti hukum haid, baik dari segi tidak sahnya shalat, puasa, dan wajib meng- qadha’ kalau ia meninggalkan puasa, tetapi tidak wajib qadha’ untuk shalat yang ditinggalkan. Sama seperti haid, juga diharamkan disetubuhi dan menyetubuhi, menyentuh Al-Qur’an, berdiam di dalam masjid atau memasukinya, tetapi dalam masalah terakhir ini ada perbedaan antara mazhab, juga tidak sah kalau ditalak menurut Imamiyah serta hukum- hukum lainnya. Adapun cara-cara mandi dan syarat-syaratnya, sama persis seperti haid.

Tahkim Matas
 Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid diharamkan untuk melakukan salat. Begitu juga mengqada` salat. Sebab seorang wanita yang sedang mendapat haid telah gugur kewajibannya untuk melakukan salat. Dalilnya adalah hadis berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا: أنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ دَمَ الحَيْضِ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَإِذا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلاةِ، فَإِذا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابنُ حِبَّانَ وَالحَاكِمُ، وَاسْتَنْكَرَهُ أَبُو حَاتِمٍ

Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan shalat. .NAMUN......! pertanyaan diatas tidak termasuk darah haed karena keluarnya darah tersebut karena ada sebab di operasi jadi wanita tersebut wajib melakukan sholat caranya. mirip dgn org yg DA'IMUL HADATS semisal org beser/kencing trs artinya wuduk cukup untuk satu fardoh, hukumnya seperti orang mustahadho demikian semoga mudah di fahami amin

MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah ( MATAS )
PENELITI : (1). Ustadz Alfin Jayani (2). Ach al faroby (3). Ustadz Sultoni Arobbi (4). Ustadzah Naila Mazaya Maya (5). Ustadz Abu Shafa (6) Ustadz Abdul Ghafur Masykur (7) Ustadzah Mariyatul Qibtiyah 8. Ustad Alan Rush 9. Ustad Lutfijaya
EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi

1 komentar:

  1. Saya mau tanya admin saya baru melakukan operasi saya mau sholat tp luka yang bekas operasi mengeluarkan darah apa kah saya masih bs sholat

    BalasHapus