BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Setelah kita musyawah bersama member MATAS dan para asatidz wal Asatidzah dan Dewan Tahkim Matas mempunyai kesimpulan bahwa hukum makmum yg gk bisa liat imam, tp hny liat dr tv monitor. yang di tanyakan oleh sahabat fillah saudara #FaridMazdi kesimpulannya sebagai berikut :
Di jawab Oleh : Al-Ustad @ Lutfi Jaya
Syaikh Nawawi al-Bantani didalam Nihayatuz Zain menerangkan :
والثالثُ (عِلمٌ بِنتِقَا لاَتِ اِمَامٍ) بِرُؤ يةِ صَفِّ اَو بَعضِهِ اَو سِمَا عِ صَو تِهِ
"Dan yang ketiga dari syarat-syarat makmum adalah mengetahui perpindahan-perpindahan imam (dari satu rukun ke rukun lain) dengan melihat imam tersebut atau melihat shaf di mukanya atau melihat sebagian dari shaf atau mendengar suara imam".
(فَاءِن كَانَ فِي مَسجِدٍ ) فَالمَدَارُ عَلَى العِلمِ بِا لاِْ نْتِقَالاَتِ بِطَرِيْقٍٍ مِنَ الطُرُقِ الْمُتَقَدَّ مَةِ وَحِنَئِدٍ (صّحَّ الاِقْتِدَأُ )…وَلَوْ كَانَ اَ حَدُهُمَا بِعُلُوِّ كَسَطْحِ المَسْجِدِ اَوْ مَنَا رَتِهِ وَالاَ خَرُ بِسُفْلٍ كَسَرَادِبِهِ اَوْبِئْرٍ فِيْهِ لاَيَضُرُّ. "Maka
jika keduanya (imam dan makmum) berada di sebuah masjid, maka yang menjadi pokok pembahasan atas pengetahuan dengan perpindahan-perpindahan adalah dengan salah satu cara dari cara-cara yang telah disebutkan. Dan pada saat itu, maka sah mengikuti imam… Dan andaikata salah seorang diantara keduanya (makmum dan imam) berada di atas seperti loteng masjid atau menaranya, sedang yang lain berada di bawah seperti bangunan bawah tanah tersebut, maka hal itu tidak merusak keabsahan bermakmum"
.
Di jawab Oleh : Al-Ustad @ Jubir Matas
Sebagaimana disebutkan dalam deskripsi masalah, bahwa salah persyaratan shalat berjama'ah ialah ”mengetahui berpindah gerakan imam (intiqalati al-imam)”. Jika shalat diljalankan tanpa hal tersebut, maka shalat itu tidak sah. Dalam khazanah fiqh klasik dan kontemporer dikatakan, mengetahui gerakan imam tidak mesti dengan melihat langsung (musyahadah), akan tetapi—di saat-saat tertentu dimana melihat secara langsung menjadi sangat sulit, bahkan tidak mungkin—ada beberapa cara yang dilegalkan sebagai wasilah mengetahui gerakan imam tersebut, yaitu: 1. melihat shaf (barisan) sebagian makmum yang lain, atau jika tidak mungkin; 2. cukup mendengar suara imam, atau bila masih belum bisa; 3. cukup hanya mendengar suara wakil imam (muballigh) yang menirukan takbirnya saat melakukan perpindahan gerakan shalat (takbir intiqal). Sebagaimana dinyatakan Syeikh Zainuddin al-Malibari dalam ”Fath al- Mu’in”-nya pada halaman 36 berikut ini:
( ﻭَ) ﻣِﻨْﻬَﺎ : (ﻋِﻠْﻢٌ ﺑِﺎﻧْﺘِﻘَﺎﻝِ ﺇﻣَﺎﻡٍ) ﺑِﺮُﺅْﻳَﺔٍ ﻟَﻪُ، ﺃَﻭْ ﻟِﺒَﻌْﺾِ ﺻَﻒٍّ، ﺃَﻭْ ﺳِﻤَﺎﻉٍ ﻟِﺼَﻮْﺗِﻪِ، ﺃَﻭْ ﺻَﻮْﺕِ ﻣُﺒَﻠِّﻎٍ ﺛِﻘَﺔٍ .
”termasuk persyaratan shalat berjamaah yaitu mengetahui perpindahan imamnya, baik dengan melihat langsung, melalui perantara sebagian shaf (barisan), mendengar suara imamnya, atau mendengar suara seorang tepercaya yang menirukan takbir imam saat melakukan gerakan dalam shalat”. Dalam madzhab Hanafiyah dikatakan, ketika makmum sudah bisa mengetetahui gerakan imam maka shalat berjamaahnya tetap sah, sekalipun antara imam dan makmum terhalang dinding pemisah yang cukup besar yang menghalangi sang makmum untuk menuju imamnya. Berikut ini penuturan salah seorang ulama' di al- Azhar Kairo dalam kumpulan fatwanya yang terkodifikasi dalam kitab ”Fatawa al-Azhar” Juz 1 halaman 44:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢَ ﻣِﻦْ ﻣَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟﺤَﻨَﻔِﻴَّﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﺍﻟﻌَﻠَّﺎﻣَﺔُ ﺍﻟﺸّﺮﻧﺒﻠَﺎﻟِﻰ ﺃَﻧّﻪُ ﻳَﺼِﺢُّ ﺍِﻗْﺘِﺪَﺍﺀُ ﺍﻟﻤَﺄْﻣُﻮﻡِ ﻭََﺑﻴَﻨَْﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻹَﻣَﺎﻡِ ﺣَﺎﺋِﻂٌ ﻛَﺒِﻴْﺮٌ ﻟَﺎ ُﻳﻤْﻜِﻦُ ﺍﻟﻮَﺻُﻮﻝُ ﻣِﻨْﻪُ ﺇِﻟﻴَْﻪِ ﻣَﺘَﻰ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻤَﺄْﻣُﻮﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﻠْﻢٍ ﺑِﺎْﻧﺘِﻘَﺎﻟَﺎﺕِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺑِﺴِﻤَﺎﻉٍ ﺃَﻭْ ﺭُﺅْﻳَﺔٍ .
"Berdasarkan penuturan al-‘Allamah Syeikh asy-Syaranbilaliy, sesungguhnya pendapat yang benar dari kalangan madzhab Hanafiyah mengatakan bahwa shalat berjamaah itu saha seklipun antara imam dan makmum terdapat penghalang yang sangat besar sehingga makmum tersebut tidak bisa berjalan menuju imamnya. Namun, dengan catatan si makmum dapat mengetahui gerakan perpindahan- perpindahan imamnya (intiqalat al- imam), baik dengan perantara suara atau melihat." Apa yang dikatakan dalam Hal senada juga diungkapkan oleh al-Mawardi dari golongan Syafi'iyah. Dalam ke-sah-an shalat berjamaah ini, beliau juga menekankan pada kewajiban mengetahui perpindahan-perpindahan imam dari satu rukun pada rukun yang lain. Di bawah ini ulasan al-Mawardi yang tertuang dalam salah satu karya monomentalnya, "al-Hawi al-Kabir" Juz 2 pada halaman 778-779:
ﻓَﻠَﻮْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟْﻤَﺄْﻣُﻮﻡُ ﻓِﻲ ﺭِﺣَﺎﺏِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ، ﺃَﻭْ ﻣُﺼْﻄَﻔًّﺎ ﺑِﻪِ ، ﺃَﻭْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻄْﺤِﻪِ ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﺑِﺼَﻠَﺎﺓِ ﺇِﻣَﺎﻣِﻪِ ﻓَﺼَﻠَﺎﺗُﻪُ ﺟَﺎﺋِﺰَﺓٌ : ﻟِﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ ﺃَﻥَّ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻄْﺢِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺑِﺼَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ، ﻭَﻟِﺄَﻥَّ ﺳَﻄْﺢَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻭَﺭِﺣَﺎﺑَﻪُ ﻛَﺎﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ، ﺑِﺪَﻟِﻴﻞِ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐَ ﻣَﻤْﻨُﻮﻉٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠُّﺒْﺚِ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻨْﻪُ .
"Apabila ma'mum shalat di halaman mesjid, di atap mesjid atau di loteng mesjid (dalam konteks sekarang bisa dibilang lantai dua mesjid), sedangkan makmum dapat mengetahui shalatnya imamnya, maka shalat jamaah yang seperti itu boleh dilakukan, karena alasan ada informasi bahwa sesungguhnya sahabat Abu Hurairah pernah melakukan shalat di loteng mesjid bermakmum pada imam yang ada di dalam mesjid, disamping itu juga karena alasan loteng mesjid dan halaman mesjid hukumnya sama dengan mesjid, hal ini didasarkan pada ketidakbolehan seorang yang sedang junub mendiami bagian loteng atau halaman". Redaksi yang hampir sama juga bisa dibaca dalam kitab "al-Mausu'ah al- Fiqhiyyah" Juz 2 halaman 1902:
ﻭَﻳَﺼِﺢُّ ﺍﻗﺘِﺪَﺍﺀُ ﺍﻟﻮَﺍﻗِﻒِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﻄْﺢِ ﺑِﻤَﻦْ ﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺒَﻴْﺖِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺨْﻔَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺎُﻟﻪُ .
"Dan sah shalat berjamaah yang dilakukan oleh seorang makmum yang ada di atas loteng sebuah rumah sementara imamnya ada di dalam, sedangkan makmum tersebut mesti mengetahui keadaan (berpindahnya) imamnya". Dari ungkapan terakhir dapat dipahami, bahwa makmum dapat dibilang sah berjamaah apabila dia mengetahui keadaan imammnya, apakah imamnya sedang ruku’, I’tidal, sujud, tahiyyat dan sebagainya. Mengenai cara mengetahui apakah dengan cara langsung atau tidak, itu tidak menjadi persoalan, yang penting tahu. Bagaimana jika mengetahui imam dengan mealului pengeras suara (loadspeaker)? Apakah dapat disamakan dengan suara orang yang menirukan takbir imam (muballigh)? Untuk menjawab pertanyaan ini ikutilah penuturan dalam kitab”Fatawa al-Azhar” Juz 9 halaman 149 :
ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﻤَﺄْﻣُﻮﻣُﻮﻥَ ﻣَﻊَ ﺍﻹِﻣَﺎﻡِ ﻓِﻰ ﻃَﺎﺑِﻖٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻟِﺴُﻬُﻮﻟَﺔِ ﻣُﺘَﺎﺑَﻌَﺘِﻪِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻈْﺮِ ﺃَﻭِ ﺍﻟﺴِّﻤَﺎﻉِ ، ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﺼَّﻮْﺕُ ﻳَﺼِﻠُﻬُﻢْ ﻋَﻦْ ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟﻤُﺒَﻠِّﻎِ ﺃَﻭْ ﻣُﻜَﺒِّﺮَﺍﺕِ ﺍﻟﺼَّﻮْﺕِ .
"Disunnahkan ma'mum dan imam itu berada disatu lantai untuk memudahkan proses iqtida' dengan melihat atau mendengar suara imam, sekalipun mendengarnya hanya melalui pelantara muballigh atau melelui pengeras suara". • •
Di jawab oleh Al Ustadzah @ مارية القبطية
- 2 - ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻢ ﺍﻧﺘﻘﺎﻻﺕ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﻟﻴﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﻣﺘﺎﺑﻌﺘﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﺇﻣﺎ ﺑﻤﺸﺎﻫﺪﺓ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﻭ ﺑﻤﺸﺎﻫﺪﺓ ﺑﻌﺾ ﺻﻒ ﺃﻭ ﺑﺴﻤﺎﻉ ﺻﻮﺕ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺒﻠﻎ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﺕ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : " ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻨﺎ ﺣﺼﻴﺮﺓ ﻧﺒﺴﻄﻬﺎ ﺑﺎﻟﻨﻬﺎﺭ ﻭﻧﺤﺘﺠﺮﻫﺎ ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ ﻓﺼﻠﻰ ﻓﻴﻬﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺫﺍﺕ ﻟﻴﻠﺔ ﻓﺴﻤﻊ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ ﻓﺼﻠﻮﺍ ﺑﺼﻼﺗﻪ ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻛﺜﺮﻭﺍ ﻓﺎﻃﻠﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻓﻘﺎﻝ : ( ﺍﻛﻠﻔﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﺗﻄﻴﻘﻮﻥ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻤﻞ ﺣﺘﻰ ﺗﻤﻠﻮﺍ ) " ( 10 ) - 3 - ﺍﺟﺘﻤﺎﻉ ﺍﻟﻤﻘﺘﺪﻱ ﻣﻊ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻭﺍﺣﺪ . ﻭﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺗﻔﺼﻴﻞ : ( 1 ) ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺎ ﻣﻌﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﺘﺼﺢ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺇﻥ ﺑﻌﺪﺕ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺔ ﻭﺣﺎﻟﺖ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺃﺑﻨﻴﺔ ﻧﺎﻓﺬﺓ ﺇﻟﻰ ﺣﻴﺚ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﺇﻥ ﺭﺩﺕ ﺃﺑﻮﺍﺑﻬﺎ ﺃﻭ ﺃﻏﻠﻘﺖ ﻣﺎ ﻟﻢ ﺗﺴﻤﺮ ﻓﻲ ﺍﻻﺑﺘﺪﺍﺀ ﻷﻥ ﻛﻞ ﻣﻮﺿﻊ . ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻣﻮﺿﻊ ﺟﻤﺎﻋﺔ . ﺃﻣﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻷﺑﻨﻴﺔ ﻏﻴﺮ ﻧﺎﻓﺬﺓ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﺍﻟﻘﺪﻭﺓ ﻭﺇﻥ ﺃﻣﻜﻨﺖ ﺭﺅﻳﺔ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺍﻟﻤﺘﻼﺻﻘﺔ ﺍﻟﻤﺘﻨﺎﻓﺬﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺆﺩﻱ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺑﻌﺾ ( 11 ) ﺗﻌﺘﺒﺮ ﻛﺎﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﻭﻻ ﻳﻀﺮ ﻛﻮﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﻵﺧﺮ ﻛﺄﻥ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﻲ ﺳﻄﺢ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺃﻭ ﻣﻨﺎﺭﺗﻪ ﻭﺍﻵﺧﺮ ﻓﻲ ﺳﺮﺩﺍﺑﻪ ﻣﺎ ﻋﻠﻢ ﺻﻼﺓ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻷﻧﻪ ﻛﻠﻪ ﻣﺒﻨﻲ ﻟﻠﺼﻼﺓ ﻟﻜﻦ ﻳﻜﺮﻩ ﺍﺭﺗﻔﺎﻉ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻦ ﺍﻵﺧﺮ ﺇﻥ ﺃﻣﻜﻦ ﻭﻗﻮﻓﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺘﻮﻯ ﻭﺍﺣﺪ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻋﻦ ﻫﻤﺎﻡ " ﺃﻥ ﺣﺬﻳﻔﺔ ﺃﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﻤﺪﺍﺋﻦ ﻋﻠﻰ ﺩﻛﺎﻥ ﻓﺄﺧﺬ ﺃﺑﻮ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﻘﻤﻴﺼﻪ ﻓﺠﺒﺬﻩ
...... الى ان قال......
ﻭﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺤﺎﻻﺕ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻟﺼﺤﺔ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺎﻹﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﻤﺮﻭﺭ ﻣﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﺆﺗﻢ ﺇﻟﻰ ﻋﻨﺪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﺯﻭﺭﺍﺭ ﻭﺍﻧﻌﻄﺎﻑ ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﺑﺼﻼﺓ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﻟﻴﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﻣﺘﺎﺑﻌﺘﻪ ﻭﺃﻻ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ . ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻟﺼﺤﺔ . • • مارية القبطية
inti dari keterngan di atas jika di sesuaikan dngan pertanyaan dan sangat erat kaitannya sebagai berikut.....
1- bahwa melihat imam bukanlah syarat sahnya berjamaah... dalam artian walaupun tidak melihat imam maka jamaahnya tetap sah....
2 - bahwa harus mengetahui garak geriknya imam dengan cara apapun termasuk dengan layar TV.... 3- bahwa antara makmum dan imam harus berkumpul dalam satu tempat dan tidak ada penghalang yg dapat mencegah sampainya makmum pd tempatnya imam(ada jalan menuju imam)...
jadi kesimpulan untuk jawaban pertnyaan di atas adalah sah jika memenuhi syarat jemaah tersebut •
PERHATIAN :
jika ada penghalang yg dapat mencegah sampainya makmum pada imam atau monitornya mati maka hukumnya tidak sah sholatnya... ini lo fokusnya
ﻭﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺤﺎﻻﺕ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻟﺼﺤﺔ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺎﻹﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﻤﺮﻭﺭ ﻣﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﺆﺗﻢ ﺇﻟﻰ ﻋﻨﺪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﺯﻭﺭﺍﺭ ﻭﺍﻧﻌﻄﺎﻑ ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﺄﻣﻮﻡ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﺑﺼﻼﺓ ﺇﻣﺎﻣﻪ ﻟﻴﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﻣﺘﺎﺑﻌﺘﻪ ﻭﺃﻻ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ . ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻟﺼﺤﺔ
========================================
DEMIKIAN YANG DAPAT KAMI SIMPULKAN SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN DAN KEKHILAFAN DAN KESEMPURNAAN HANYA MILIK ALLAH WALLAHU A'LAMU
MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah( MATAS )
PENELITI :
(1).Ustadz Mhisyam Abbrori
(2).Ustadz Ach al faroby
(3).Ustadz Sultoni Arobbi
(4).Ustadzah Naila Mazaya Maya
(5).Ustadz Abu haidar
(6).Ustadz Abdul Ghafur Masykur
(7).Ustad Atama Paya.
(8).Ustad Lutfijaya
EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi
Kolom musawwirin :
https://www.facebook.com/groups/297908517036791/permalink/444620205698954/
Limk documen :
https://m.facebook.com/notes/majlis-taklim-as-salafiyah-al-gasim-matas-/docmatas307hukum-berjemaah-lewat-layar-monitor/488848287942812/?refid=18doc.matas.307.HUKUM BERJEMAAH LEWAT LAYAR MONITOR

Tidak ada komentar:
Posting Komentar