Rabu, 09 September 2015

doc.matas.305.HUKUM NIKAH TANPA WALI DAN SAKSI



Ifa Salsabila
9 Juni pukul 11:31
As'salamu alaikum wr wb...! Sy mau tnx pd anda smwx...! Pr ustad dn ustada Langsung sj..@ gmn hukumx nikah tampa adax wali dn saksi. Trmasih...!
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Setelah kita musyawah bersama member MATAS dan para asatidz wal Asatidzah dan Dewan Tahkim Matas mempunyai kesimpulan bahwa hukum nikah tanpa wali yang di tanyakan oleh sahabat fillah saudari ifa salsabila
kesimpulannya sebagai berikut :

Di jawab Oleh : Al-Ustad @ Nazri El-Rahman
PERBANDINGAN MADZHAB "PERNIKAHAN TANPA WALI Menurut kalangan Syafi'iyah dan Malikiyah pernikahan tanpa seorang wali tidak sah...

قد عرفت مما ذكرناه أن الشافعية. والمالكية اصطلحوا على عد الولي ركنا من أركان النكاح لا يتحقق عقد النكاح بدونه واصطلح الحنابلة و الحنفية على عده شرطا لا ركنا وقصروا الركن على الإيجاب والقبول إلا أن الحنفية قالوا : أنه شرط لصحة زواج الصغير والصغيرة والمجنون والمجنونة ولو كبارا أما البالغة العاقلة سواء كانت بكرا أو ثيبا فليس لأحد عليها ولاية النكاح بل لها أن تباشر عقد زواجها ممن تحب بشرط أن يكون كفأ وإلا كان للولي حق الاعتراض وفسخ العقد  (الفقه على المذاهب الأربعة ج 4 ص 46) .

Telah engkau ketahui dari penjelasan kami bahwa kalangan Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengartikan keberadaan seorang wali dalam pernikahan merupakan bagian dari rukun-rukun nikah dalam arti tidak akan terjadi pernikahan tanpa seorang wali, sedangkan kalangan Hanabilah dan Hanafiyyah mengartikan keberadaan seorang wali dalam pernikahan menjadi syarat dalam pernikahan sedang rukun nikah hanya sebatas ‘ijab dan qabul’, kalangan Hanafiyyah menilai wali menjadi syarat sahnya pernikahan seorang bocah laki-laki ataupun perempuan dan orang gila laki-laki ataupun perempuan meskipun ia telah dewasa. Sedang untuk wanita dewasa yang normal akalnya baik masih gadis ataupun janda maka tidak ada seorangpun berhak menjadi perwalian atas nikahnya, dia bisa menjalani pernikahan dengan lelaki yang ia cintai bila memang sepadan dengannya bila tidak seorang wali berhak menentang dan menfasakh (merusak) pernikahannya.

Al-Fiqh alaa Madzaahib al-Arba’ah IV/46

ومنها ما نسب الى داود الظاهرى من جواز النكاح بلا ولي ولا شهود فلا يعتبر بما ذكره بعضهم فى جواز تقليده وممن يصح بحرمة تقليده فى هذا القول العلامة الشبراملسى فى حواشى النهاية .

التقليد والاجتهاد ص 22-23

Diantara keputusan seorang hakim yang tidak diperbolehkan untuk dijalankan adalah pernikahan dengan mengikuti madzhab Abu Daud adz-Dhohiri yang memperkenankan pernikahan tanpa wali dan saksi, maka tidak boleh mengikuti pendapat yang memandang kelegalan pernikahan semacam ini, diantara ulama yang mengabsahkan keharaman mengikuti pernikahan mengikuti pendapat ini al-Alim al-‘Allamah as-Syibramalisy dalam kitab Hawaasyi an-Nihaayah At-Taqliid wal Ijtihaad hal 22-23

syarat syarat  nikah seperti dua saksi, Mahar dsb. Para ulama mufakat diantara imam yg empat, kecuali dm masalah perwalian bukan merupakan rukun nikah menurut Imam Abu Hanifah.


Ibarot :

بَابُ الْأَوْلِيَاءِ وَالْأَكْفَاءِ ( وَيَنْعَقِدُ نِكَاحُ الْحُرَّةِ الْعَاقِلَةِ الْبَالِغَةِ بِرِضَاهَا ) وَإِنْ لَمْ يَعْقِدْ عَلَيْهَا وَلِيٌّ بِكْرًا كَانَتْ أَوْ ثَيِّبًا ( عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ ) رَحِمَهُمَا اللَّهُ ( فِي ظَاهِرِ الرِّوَايَةِ .

وَعَنْ أَبِي يُوسُفَ ) رَحِمَهُ اللَّهُ ( أَنَّهُ لَا يَنْعَقِدُ إلَّا بِوَلِيٍّ .

وَعِنْدَ مُحَمَّدٍ يَنْعَقِدُ وُقُوفًا ) وَقَالَ مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ رَحِمَهُمَا اللَّهُ لَا يَنْعَقِدُ النِّكَاحُ بِعِبَارَةِ النِّسَاءِ أَصْلًا لِأَنَّ النِّكَاحَ يُرَادُ لِمَقَاصِدِهِ وَالتَّفْوِيضُ إلَيْهِنَّ مُخِلٌّ بِهَا ، إلَّا أَنَّ مُحَمَّدًا رَحِمَهُ اللَّهُ يَقُولُ : يَرْتَفِعُ الْخَلَلُ بِإِجَازَةِ الْوَلِيِّ .

(Fathul Qadir Ibnu al-Hamam al-Hanafi )

Detailnya :

وَيَنْعَقِدُ نِكَاحُ الْحُرَّةِ الْعَاقِلَةِ الْبَالِغَةِ بِرِضَاهَا ) وَإِنْ لَمْ يَعْقِدْ عَلَيْهَا وَلِيٌّ بِكْرًا كَانَتْ أَوْ ثَيِّبًا ( عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ

Dalil yg digunakan oleh Ulama Madzhab Hanafi tentang kebolehan wanita boleh mengawinkan dirinya ataupun wanita lain adalah :

1. Al-Qur'an :

فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ

maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan calon suaminya[146] apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.

2. Al-Hadits :

528 - أخبرنا مالك أخبرنا عبد الرحمن بن القاسم عن أبيه عن عبد الرحمن ( 1 ) ومجمع ابني يزيد بن جارية الأنصاري عن خنساء ابنة خذام : أن ( 2 ) أباها زوجها ( 3 ) وهي ( 4 ) ثيب فكرهت ذلك ( 5 ) فجاءت رسول الله صلى فرد ( 6 ) نكاحه

(Al-Muwatho' Imam Malik)

الأيم أحق بنفسها من وليها والبكر تستأذن في نفسها وإذنها صماتها

(Muttafaqun Alaih)

23892 - حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ

جَاءَتْ فَتَاةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِي زَوَّجَنِي ابْنَ أَخِيهِ يَرْفَعُ بِي خَسِيسَتَهُ فَجَعَلَ الْأَمْرَ إِلَيْهَا قَالَتْ فَإِنِّي قَدْ أَجَزْتُ مَا صَنَعَ أَبِي وَلَكِنْ أَرَدْتُ أَنْ تَعْلَمَ النِّسَاءُ أَنْ لَيْسَ لِلْآبَاءِ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ

(HR Ahmad, Nasa'i dll)

11947 - عبد الرزاق عن بن عيينة عن يحيى بن سعيد عن القاسم بن محمد أن عائشة زوجت المنذر ابنة عبد الرحمن بن ابي بكر وليس بشاهد فجاء عبد الرحمن فقال أي عباد الله آيفتات في بناتي فأمرت عائشة المنذر أن يجعل الأمر بيده فرده عليه فلم يعد ذلك الأمر شيئا

(Mushannif Abdurrozzaq)

Syarah Hadits :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ { الْأَيِّمُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا وَالْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِي نَفْسِهَا وَإِذْنُهَا صُمَاتُهَا } , وَمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه أَنَّ امْرَأَةً زَوَّجَتْ ابْنَتَهَا بِرِضَاهَا فَجَاءَ أَوْلِيَاؤُهُمَا فَخَاصَمُوهَا إلَى عَلِيٍّ فَأَجَازَ النِّكَاحَ

(Mufassil fi syarh Hadits, Ali bin Nayif al-Syuhud )

Sumber: http://1pernikahan.blogspot.com/2014/01/hukum-nikah-tanpa-wali-madzhab-imam.html?m=1


Di jawab Oleh : Al-Ustad @Sultoni Arobbi

Ini mungkin maktsud kang #AtamaPaya Brojol Gemblung Ubaid Bin Aziz Hasanan # tapi ini kondisinya lain dg yg dibahas pada bahtsu itu Kang.. tapi biar bagaimanapun pernikahan yg mengikuti Imam Daud, Abu Hanifah, dan Imam Malik itu tidak boleh disifati dg halal dan haram, ini semua namanya Syubhatut Thoriq / Madzhab. Jadi gak boleh di had secara nalar hukum. . Tapi andai kita ifrodh pada keadaan yg memang benar2 darurat sesuai dg syaratnya maka menikah berdua boleh2 saja, dan keduanya tidak boleh di hadd karena masih ada belahan ulama yg memperbolehkan nikah tanpa wali dan syahid, dan 'ishmah tersebut masuk dalam kategori syubhat madzhab, dan setelah menemukan keramaian maka menikah lagi untuk keluar dari ikhtilaf ulama. Sepertinya si sa`il memang tidak mau jawaban yg lain, baiklah saya mulai dari komentar ini

ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ 10\180 : ﻗﻮﻟﻪ : ﺯﻭﺝ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ. ﻓﺈﻥ ﻓﻘﺪ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﺰﻭﺟﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﺤﻜﻤﺎ ﻟﻬﻤﺎ ﻋﺪﻻ ﻳﻌﻘﺪ ﻟﻬﻤﺎ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺠﺘﻬﺪﺍ ﻭﻟﻮ ﻣﻊ ﻭﺟﻮﺩ ﻣﺠﺘﻬﺪ . ﺃﻣﺎ ﻣﻊ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﻟﻮ ﺣﺎﻛﻢ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﻓﻼ ﻳﺤﻜﻤﺎﻥ ﺇﻻ ﻣﺠﺘﻬﺪﺍ ﺇﻻ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻳﺄﺧﺬ ﺩﺭﺍﻫﻢ ﻟﻬﺎ ﻭﻗﻊ ﻻ ﺗﺤﺘﻤﻞ ﻋﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﻣﺜﻠﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻼﺩ ، ﻭﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻗﻀﺎﺓ ﻣﺼﺮ ﻓﻲ ﺯﻣﻨﻨﺎ ﻫﺬﺍ ﻓﻠﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﻜﻤﺎ ﻋﺪﻻ ﻭﻟﻮ ﻏﻴﺮ ﻣﺠﺘﻬﺪ . ﻭﻻ ﻓﺮﻕ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻀﺮ ﻭﺍﻟﺴﻔﺮ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪﺍ ﺃﺣﺪﺍ ﻭﺧﺎﻓﺖ ﺍﻟﺰﻧﺎ ﺯﻭﺟﺖ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻟﻜﻦ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻣﺴﺎﻓﺔ ﺍﻟﻘﺼﺮ ، ﺛﻢ ﺇﺫﺍ ﺭﺟﻌﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻤﺮﺍﻥ ﻭﻭﺟﺪﺍ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺟﺪﺩﺍ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻮﻧﺎ ﻗﻠﺪﺍ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﺬﻟﻚ.

Lantas apabila keduanya tidak menemukan seseorang (untuk diangkat menjadi hakim) dan si wanita khawatir berzina, maka ia boleh mengawinkan dirinya sendiri, akan tetapi dg syarat antara dia dan walinya berada di antara jarak tempuh yg memperbolehkan mengqoshor sholat. Kemudian jika keduanya sudah kembali pada keramaian (daerah yg padat penduduk) dan keduanya menemukan orang (untuk dijadikan wali muhakkam), maka keduanya haruslah memperbaharui akadnya bila memang mereka tidak mengikuti pendapat ulama yg memperbolehkan hal demikian (pernikahan tanpa wali dan saksi). Silahkan ditela'ah juga kutipan Imam Nawawi dari Shahib al-Hawiy Imam al-Mawardi

 ﻛﻔﺎﻳﺔ ﺍﻷﺧﻴﺎﺭ ﻓﻲ ﺣﻞ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ 2 / 49 : ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ : ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻓﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻭﻟﻲ ﻭﻻ ﺣﺎﻛﻢ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻭﺟﻪ : ﺃﺣﺪﻫﺎ ﻻ ﺗﺰﻭﺝ ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺗﺰﻭﺝ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﺗﻮﻟﻲ ﺃﻣﺮﻫﺎ ﺭﺟﻼ ﻳﺰﻭﺟﻬﺎ ﻭﺣﻜﻰ ﺍﻟﺸﺎﺷﻲ ﺃﻥ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ : ﺗﺤﻜﻢ ﻓﻘﻴﻬﺎ ﻣﺠﺘﻬﺪﺍ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﻜﻴﻢ ﺻﺤﻴﺢ ﺑﻨﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻇﻬﺮ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭﻟﻜﻦ ﺷﺮﻁ ﺍﻟﻤﺤﻜﻢ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺎﻟﺤﺎ ﻟﻠﻘﻀﺎﺀ ﻭﻫﺬﺍ ﻳﻌﺴﺮ ﻓﻲ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﺨﺘﺎﺭﻩ ﺻﺤﺔ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺇﺫﺍ ﻭﻟﺖ ﺃﻣﺮﻫﺎ ﻋﺪﻻ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺠﺘﻬﺪﺍ ﻭﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﻧﺼﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻘﻠﻪ ﻳﻮﻧﺲ ﻭﻫﻮ ﺛﻘﺔ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ

Sumber :http://huda-sarungan.blogspot.in/.../858-alasan-di


========================================
DEMIKIAN YANG DAPAT KAMI SIMPULKAN SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN DAN KEKHILAFAN DAN KESEMPURNAAN HANYA MILIK ALLAH WALLAHU A'LAMU

MUSYAWWIRIN :

Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah( MATAS )

PENELITI :
(1).Ustadz Mhisyam Abbrori
(2).Ustadz Ach al faroby
(3).Ustadz Sultoni Arobbi
(4).Ustadzah Naila Mazaya Maya
(5).Ustadz Abu haidar
(6).Ustadz Abdul Ghafur Masykur
(7).Ustad Atama Paya.
(8).Ustad Lutfijaya

EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi
Link documen :
https://m.facebook.com/notes/majlis-taklim-as-salafiyah-al-gasim-matas-/docmatas305hukum-nikah-tanpa-wali-dan-saksi/488605077967133/?refid=18


Tidak ada komentar:

Posting Komentar