Rabu, 02 September 2015

DOC.68.HUKUM ONANI


HUKUM ONANI


Oleh Tahkim Matas pada 18 Januari 2014 pukul 1:10
Santri
_asslmu'likum,,,,Bagaimn hkum_a melkukan ONANI , yg tujuan_a Untuk menjauhi ke modhorotan..??

jawaban :

Abdul Ghofur Masykur
Alaikumus-salam warohmatuLLOHI wabarokatuH. Sbaikx sgera menikah saja atau kalau tdk mampu puasa sja brdasarkn hdst brikut: Ya ma'syaros-sabaaabi man-istatho'a minkum al-baa,ata falyatazawwaj waman lam yastathi' Fa'alaihi bisshiyaami fa,innahu lahu wija,un

Ummu Rafifah
Wa'alaikumussalam....sy sependapat dg Ustadz Abdul Ghofur@Dan mengenai hukum onani khilaf:menurut Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Syafi'i hukumnya haram secara mutlak, sedangkan menurut Imam Hambali hukumnya boleh jika memenuhi 3 syarat.-Takut zina-Tidak mampu membayar mahar nikah-Harus dengan tangannya sendiriKalau ketiga syarat tersebut salah satunya tdk terpenuhi maka hukumnya haram.Keterangan dari Tafsir Showi juz 3 hal 112
قوله كاﻻسنمناءباليد فهوحرام عند ملك والشافعى وأبي حنيفة، وقال أحمدبن حنبل يجوزبشروط ثلاثة ان يخاف الزناوان ﻻ يجدمهرحرةاوثمن امةوان يفعله بيده ﻻبيداجنبي اواجنبية
Maaf kalau sda kesalahan mohon di benahi...wassalamu'alaikum.
Lutfi Jaya
Onani dengan hanya sekedar untuk membangkitkan syahwat, hukumnya adalahharam secara umum. Karena Allah *Ta’ala* berfirman,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْأَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30) فَمَنِابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (31)
“*Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadapisteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnyamereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu,maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas*.” (QS. Al Ma’arij:29-31)

Namun, menurutulama Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Imam Ahmad, hukum onani itu *makruhtanzih* (sebaiknyadijauhi).
Jika onani dilakukan untuk menekan syahwat dan takut akan terjerumus zina,maka itu boleh secara umum, bahkan ada yang mengatakan wajib. Karenakondisi seperti ini berarti melakukan yang terlarang di saat daruratatau mengerjakantindakan mudhorot yang lebih ringan.
pendapat yangmenyatakan *onaniitu haram* lebih kuat seperti pandangan Imam Ahmad dalam salah satupendapatnya. Karena syahwat tidak selamanya dibendung dengan onani. Dengansering berpuasa yaitu puasa sunnah akan mudah membendung tingginya syahwat.Nabi *shallallahu ‘alaihi wa sallam* bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْفَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْفَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“*Wahai para pemuda*, *barangsiapa yang memiliki baa-ah** (kemampuan untukmenikah)**, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangandan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalahkarena puasa itu bagai obat pengekang baginya*.” (HR. Bukhari no. 5065 )
Syarifuddin Jadit
iki tak tambahi punya ummu rafifah
onani/masturbasi pakai tangan sendiri jika untuk memanggil/menarik/mendatangkan nafsu maka haram dan menurut sbagian pendapat dari hanafiyah,syafiiyyah dan imam ahmad hukumnya adalah makruh tanzih dan jika onani/masturbasi tersebut untuk meredam nafsu syahwat yg membara yg mana dihawatirkan melakukan zina maka hukumnya boleh bahkan ada yg bilang wajib melakukan onanibahkan ibnu abidin pengikut hanafiyyah menjelaskan bahwa jika memang jelas jika melakukan onani itu bisa selamat dari perzinahan maka hukum onani adalah wajib
الاسْتِمْنَاءُ بِالْيَدِ .
أ - الاسْتِمْنَاءُ بِالْيَدِ إنْ كَانَ لِمُجَرَّدِ اسْتِدْعَاءِ الشَّهْوَةِ فَهُوَ حَرَامٌ فِي الْجُمْلَةِ ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى : { وَاَلَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنْ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ } وَالْعَادُونَ هُمْ الظَّالِمُونَ الْمُتَجَاوِزُونَ ، فَلَمْ يُبِحِ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الاسْتِمْتَاعَ إلا بِالزَّوْجَةِ وَالأَمَةِ ، وَيَحْرُمُ بِغَيْرِ ذَلِكَ . وَفِي قَوْلٍ لِلْحَنَفِيَّةِ ، وَالشَّافِعِيَّةِ ، وَالإِمَامِ أَحْمَدَ : أَنَّهُ مَكْرُوهٌ تَنْزِيهًا . ب - وَإِنْ كَانَ الاسْتِمْنَاءُ بِالْيَدِ لِتَسْكِينِ الشَّهْوَةِ الْمُفْرِطَةِ الْغَالِبَةِ الَّتِي يُخْشَى مَعَهَا الزِّنَى فَهُوَ جَائِزٌ فِي الْجُمْلَةِ ، بَلْ قِيلَ بِوُجُوبِهِ ، لأَنَّ فِعْلَهُ حِينَئِذٍ يَكُونُ مِنْ قَبِيلِ الْمَحْظُورِ الَّذِي تُبِيحُهُ الضَّرُورَةُ ، وَمِنْ قَبِيلِ ارْتِكَابِ أَخَفِّ الضَّرَرَيْنِ . وَفِي قَوْلٍ آخَرَ لِلإِمَامِ أَحْمَدَ : أَنَّهُ يَحْرُمُ وَلَوْ خَافَ الزِّنَى ، لأَنَّ لَهُ فِي الصَّوْمِ بَدِيلا ، وَكَذَلِكَ الاحْتِلامُ مُزِيلٌ لِلشَّبَقِ . وَعِبَارَاتُ الْمَالِكِيَّةِ تُفِيدُ الاتِّجَاهَيْنِ : الْجَوَازَ لِلضَّرُورَةِ ، وَالْحُرْمَةَ لِوُجُودِ الْبَدِيلِ ، وَهُوَ الصَّوْمُ . ج - وَصَرَّحَ ابْنُ عَابِدِينَ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ بِأَنَّهُ لَوْ تَعَيَّنَ الْخَلاصُ مِنَ الزِّنَى بِهِ وَجَبَ

Hanafi Irawan
onani yidak boleh untuk kemudorrotan ; laruhsoh pil ma,ashiii,,, orang ini pastii tidak pernah puasa. atau memang tidak ikut sunnah nabi,
 ,يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْفَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْفَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Tahkim Matas
Bismillahirrahamnirrahim, sdh banyak sekali pendapat dari pada asatidz yang kesimpulanya ada dua fersi yaitu ada yg memboleh kan berdasarkan darurot untuk menghidari zina dan ada pula yg berpendapat bahwa hukum onani tetap haram tdk boleh karena sudah ada solusi yg terbaik yg berbunyi
,يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْفَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْفَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ oleh karena itu dewan tahkim memutuskan bahwa hukum onani haram mengmbil keputusan yg lebih kuat dan lebih berhati-hati, demikian semuga bermanfaat amin.

MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah ( MATAS )
PENELITI :
(1). Ustadz Alfin Jayani
(2). UstadzAch al faroby
(3). Ustadz Sultoni Arobbi
(4). Ustadzah Naila Mazaya Maya
(5). Ustadz Abu Shafa
(6). Ustadz Abdul Ghafur Masykur
(7). Ustadzah Mariyatul Qibtiyah
(8). Ustad Alan Rush
(9). Ustad Lutfijaya

EDITOR   : Ustadz Sultoni Arobbi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar