Kamis, 03 September 2015

DOC.69.HUKUM MENJAMAK SHOLAT KARENA HUJAN DERAS

MENJAMAK SHOLAT KARENA HUJAN DERAS
                                        
Oleh Tahkim Matas pada 18 Januari 2014 pukul 1:42
Lancenk Keramat
asslm alkm ustd semuax aq brusan sholat isya' di masjid di saudy trus hbis sholat isya' imamx iQomat lgi trus sholat lgi aq bingung ni sholat apa nah kebetulan di samping aq ad orng indo dia bilang ni sholat isya' di jama' dngn alasan mlm ini hujan trus semaleman PERTANYAANNYA apakah ada hadist yg menjelaskan udhur/alasan di perbolehkan jema' sholat .MKSH
jawaban :
Ummu Rafifah
Wa'alaikumussalam...ويجوزللحاضرفي المطرأن يجمع بينهمافي وقت الأولى منهماOrang yang tidak sedang bepergian(mukim)diperbolehkan melakukan jama' taqdim(antara shalat dhuhur dg shalat ashar atau shalat maghrib dg shalat isya') diwaktu hujan.Keterangan Fiqih islam syaikh Abu Syuja' Al-Asfihani
Menjama' shalat antara dluhur dan ashar, maghrib dan isya', menempuh cara taqdim atau ta'khir pada dasarnya diperkenankan apabila ada hajat (kebutuhan) tertentu. Tidak hanya karena alasan perang, hujan lebat atau menahan rasa sakit. Kebolehan tersebut juga berlaku saat seseorang tidak dalam perjalanan (musafir).
بُغْيَةُ الْمُسْتَرْشِدِيْنَ : باعلوي صـ 77حَكَى الْخَطَّابِيُّ عَنْ اَبِي إِسْحَقَ جَوَازَهُ (الْجَمْعَ) فِيْ الْحَضَرِ لِلْحَاجَةِ وَإِنَ لَمْ يَكُنْ خَوْفٌ وَلاَ مَطَرٌ وَلاَ مَرَضٌ . وَبِهِ قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ .
Imam Al-Khaththabi menghikayatkan dari Abu Ishaq akan kebolehan menjamak shalat (di rumah) tidak bepergian karena ada hajat, meskipun tidak ada ketakutan, tidak ada hujan, dan tidak sakit. Ibnu Mundzir telah berpendapat demikian.
Nabi saw pernah men-jama' antara dluhur dan ashar, maghrib dan isya' di Madinah tidak terkait suasana perang atau hujan lebat. Kejadian itu dipahami oleh Abdullah bin Abbas sebagai wujud keinginan beliau untuk tidak mempersulit umatnya.
رَوَى الْجَمَاعَةُ إِلاَّ الْبُخَارِي عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِيْنَةِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ مَطَرٍ . قِيْلَ لاِبْنِ عَبَّاسٍ مَا أَرَادَ بِذ لِكَ ؟ قَالَ : أَرَادَ أَنْ لاَ يُحَرِّجَ أُمَّتَهُ .
Sekelompok ahli hadits, kecuali Bukhari telah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa Nabi saw menjamak antara shalat dhuhur dan ashar dan antara shalat maghrib dan isyak tanpa ada ketakutan dan hujan. Dikatakan kepada Ibnu Abbas, "Apa yang beliau kehendaki dengan demikian itu?" Dia menjawab, "Beliau menginginkan agar tidak menyusahkan umatnya".
Shalat dengan jama' taqdim sudah bisa dilakukan oleh orang yang siap bepergian. Sekalipun ia masih berada di kampung tempat tinggalnya. Namun sebaiknya shalat jama' tersebut dilakukan di luar rumahnya, yaitu di masjid atau mushalla terdekat.
Hal ini dimaksudkan agar yang bersangkutan nyata-nyata telah mengawali perjalanannya. Saran menunaikan shalat di luar rumah tempat tinggalnya merujuk pada pertimbangan lokasi Madinah yang sangat spekulatif untuk diartikan sebagai "rumah kediaman Nabi saw". Sebab tradisi beliau yang tidak pernah menunaikan shalat maktubah kecuali dengan berjamaah di masjid yang berada di sebelah barat rumah beliau.
Adapun keinginan meng-qashar shalat rubaiyah, maka peluang mengamalkannya harus telah melintasi tapal batas desa. Karena kemutlakan shalat qashar harus terkait dengan kondisi bepergian (dharbun fi al-ardli) sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nisaayat 101.

Tahkim Matas
Bismillahirrahmanirrahim, Pengertian solat jamak ialah mengumpulkan dua solat dalam satu waktu, contohnya mengumpulkan waktu dzuhur kepada asar atau asar kepada dzuhur, maghrib kepada isyak atau isyak kepada maghrib. menjama' sholat pada umumnya kpd musafir lebih dari 2 marhalah ( 90 kilometer) menjawab dari shohibul posting bahwa bagaimana hukum menjama' sholat karena hujan telah dijawab oleh para asatid bahwa hadist yg dilontarkan diatas adalah shoheh maka dari itu boleh menjama' sholatnya, demikian kurang dan lebihnya mohon maaf dan semoga bermanfaat amin.

MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah ( MATAS )
PENELITI : 
(1). Ustadz Alfin Jayani 
(2). Ach al faroby 
(3). Ustadz Sultoni Arobbi 
(4). Ustadzah Naila Mazaya Maya 
(5). Ustadz Abu Shafa 
(6). Ustadz Abdul Ghafur Masykur 
(7). Ustadzah Mariyatul Qibtiyah 
(8). Ustad Alan Rush 
(9). Ustad Lutfijaya

EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar