KAJIAN TA'LIMUL MUTA'ALLIM BAGIAN KE DELAPAN
Oleh Lutfi Jaya pada 8 Mei 2014 pukul 5:49
Lutfi Jaya
13 Maret pukul 19:56
LANJUTAN KAJIAN TA’LIMUL MUTA’ALLIM
بسم الله الرحمن الرحيمالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
para kiai serta para ustad dan seluruh mimber MATAS yg di MUYAKAN ALLAH subhanahu wata'ala, mari kita simak kajian sebagai berikut
.وأما تفسير العلم: فهو صفة يتجلى بها المذكور لمن قامت هى به كما هو. والفقه: معرفة دقائق العلم مع نوع علاج. قال أبو حنيفة رحمة الله عليه: الفقه معرفة النفس ما لها وما عليها. وقال: ما العلم إلا للعمل به، والعمل به ترك العاجل الآجل
Ilmu ditafsiri dengan : Sifat yang dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang kelembutan-kelebutan ilmu. Ujar Abu Hanifah : Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan seseorang terhadap ilmu lebih besar dari kebutuhannya terhadap makan dan minum, seperti pernah dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah,
الناس إلي العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب لأنهم يحتاجون إليها في اليوم مرة أو مرتين وحاجتهم إلي العلم بعدد اأنفاسهم
“Manusia sangat membutuhkan ilmu dari pada (mereka) membutuhkan makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sehari sekali atau dua kali, sementara ilmu dibutuhkan sepanjang nafasnya.Ujarnya lagi : Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat.
فينبغى للإنسان أن لايغفل عن نفسه، ما ينفعها وما يضرها، فى أولها وآخرها، ويستجلب ما ينفعها ويجتنب عما يضرها، كى لايكون عقله وعمله حجة فيزداد عقوبة، نعوذ بالله من سخطه وعقوبه.
Maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat. Dengan demikian dia akan mengambil mana yang bermanfaat dan menjauhi mana yang berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas dirinya dan menambah siksanya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَ يَتَعَـلَّمُونَ مَـا يَضُـرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْۚ وَلَقَـدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَىهُ مَالَهُ فَى الْأَخِـرَةِ مِنْ خَلَقِۚ وَلَبِئْسَ مَاشَـرَوْا بِهِ أَنْفُـسَـهُمْۚ لَوْكَـانُوْا يَعْـلَمُونَ
Artinya: “Dan mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (Kitabullah) dengan sihir itu, niscaya tidak mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh sangat buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 102)Kita berlindung kepada allah dari murka dan siksanya.
وقد ورد فى مناقب العلم وفضائله، آيات وأخبار صحيحة مشهورة لم نشتغل بذكرها كى لايطول الكتاب
Dalam masalah kebaikan keistimewaan dan keutaman ilmu itu, banyaklah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis shahih dan masyhur yang mengemukakannya. namun kali ini tidak kami kedepankan, agarlah uraian kitab ini tidak terlalu berkepanjangan.Demikian semoga bermanfaat amin
ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar